Kisah Pelayan Rasulullah, Anas bin Malik
Anas bin Malik - Nama
lengkapnya Anas bin Malik bin an-Nadar bin Damdan bi Zaid bin Haram bin Jundub
bin Amir binKhanam bin Adi bin Najar al-Khazraji al-Ansari Abu Hamzah
al-Madani. Anas bin Malik termasuk kedalam golongan sahabat meskipun saat
Rasulullah saw. hidup dia masih muda belia. Ketika Rasulullah saw. bearada di
Madina, Anas bin Malik bertugas sebagai pembantu (khadim) Nabi SAW, oleh karena
itu orang memanggilnya dengan khadim Rasul; Anas sendiri bangga dengan
panggilan itu.[1]

Ayah
Anas sempat menentang Ummu Sulaim memeluk agama Islam, namun tentangan dari
ayah Anas tidak menggentarkan sedikitpun hati Ummu Sulaim dalam memeluk Islam
sebagai sebuah kepercayaan yang mencerahkan peradaban manusia kala itu, agama
samawi yang diajarkan Muhammad Rasulullah SAW. Ayah Anas dikabarkan meninggal
dalam sebuah perselisihan ketika dia sedang berada di luar rumah, sehingga
akhirnya Anas hidup sebagai seorang yatim.
Akhirnya
tiba masa hijrahnya Rasulullah SAW dari Mekkah. Mendengar hal ini Anas dan Ummu
Sulaim sangat bahagia seperti halnya apa yang dirasakan oleh penduduk Madinah
lainnya yang telah memeluk Islam. Katika Rasulullah tiba di Madinah, penduduk
berbondong-bondong menyambut beliau. Mereka memberikan hadiah kepada
Rasulullah, hingga akhirnya sampailah giliran Anas dan Ummu Sulaim bertemu
dengan beliau.
Ummu
Sulaim berkata, ”Ya Rasulullah, orang-orang Ansar baik lelaki mahupun perempuan
telah memberikan hadiahnya kepada tuan. Tetapi saya tidak memiliki apa-apa
untuk saya hadiahkan kepada tuan kecuali anak saya ini. Maka ambillah dia
berkhidmat kepada tuan untuk membantu apa yang tuan maukan.” Rasulullah SAW.
pun menerima hadiah Ummu Sulaim dengan senang hati.
Dalam
rumah Rasulullah SAW inilah Anas belajar dan menangkap perilaku Rasulullah SAW
yang mulia. Anas menyaksikan perilaku Rasulullah SAW dan berinteraksi secara
langsung dengannya. Hampir segala perilaku atau sikap Rasulullah SAW
diperhatikan dan kemudian diamalkan olehnya. Abu Hurairah berkata, “Saya belum
pernah melihat orang yang menyerupai solatnya Rasulullah kecuali Ibn Ummu
Sulaim (maksudnya Anas). Sealain itu, Ibnu Sirin berkata, “Anas adalah sahabat
yang solatnya paling bagus, baik di rumah maupun pada waktu Safar.”
Anas
bin Malik menyaksikan secara langsung bagaimana mulianya akhlak Rasulullah SAW
dalam kehidupan sehari-hari. Anas pernah berkata, “Saya berkhidmat kepada
Rasulullah SAW selama sepuluh tahun. Tidak pernah sekalipun Rasulullah SAW
berkata: “Mengapa kamu buat begitu…” jika saya melakukan sesuatu. Apabila saya
tidak melakukan sesuatu perkara, Baginda tidak pernah beberkata: “Mengapa kamu
tidak lakukannya…”
Menurut
riwayat Abbu Bakar bin muhammad bin muslim Ubaidillah bin Andullah bin Syihal
al–Qurasyi Az– Zuhri ( 51 H\ 670 M-124 H\742 M), seorang ahli hadist, Anas bin
Malik sendiri yang mengatakan bahwa ketika Rasullulah saw. hijrah ke Madinah,
Anas berusia sepuluh tahun, dan ketika Rasulullah saw. wafat, usia Anas sudah
mencapai dua puluh tahun. Ia di kenal dekat dengan Rasulullah saw. dan
karenanya tidak mengherankan jika Anas memperoleh banyak kesempatan untuk
menerima hadis dari Rasulullah saw. Di samping itu, ia juga meriwayatkan
sejumlah hadis dari para sahabat para nabi, saperti Abu Bakar ra., Umar ra.,
Utsman ra, Ali ra., dan lain-lain.
Dalam
hal meriwayatkan hadis, Anas bin Malik menempati urutan ketiga dalam kelompok
sahabat. Orang yang meriwayatkan hadis dari Anas bin Malik antara lain Ibnu
Sirin, Abu Qatadah, dan Hasan Basri.
Anas sendiri termasuk sahabat
yang kuat hafalannya dengan urutan sebagai berikut :
1. Abu Hurairah
2. Abdullah bin Umar bin Khattab
3. Anas bin Malik
4. Aisyah binti Umar Bakar
5. Abdullah bin Abbas
6. Jabir bin Abdullah al-Ansari ( w. 74 H/ 698 M )
7. Abu Sa’id al- Khudri (w. 84 H )
1. Abu Hurairah
2. Abdullah bin Umar bin Khattab
3. Anas bin Malik
4. Aisyah binti Umar Bakar
5. Abdullah bin Abbas
6. Jabir bin Abdullah al-Ansari ( w. 74 H/ 698 M )
7. Abu Sa’id al- Khudri (w. 84 H )
Anas
bin Malik sudah pandai menulis ketika diserahkan ibunya kepada Nabi SAW,
sehingga ia banyak menulis hadit. Dengan menurut riwayat yang di peroleh dari
yasir Abdul Wahhab bin Hibbatullah dari Abdullahbin Ahmad dari Yazid Humahid
at- Tawil Anas bin Malik. Ada berbagai versi riwayat mengenai lamanya Anas
berkhidmat kepada Rasullulah SAW. Riwayat dari Isla’il bin Ubaidullah, dari Abi
Isa dari Mahmud bin Gilan, dari Abu Dawud, dari Abu Khaldat, mengatakan bahwa
Anas bin Malik mengabdi kapada Rasullulah SAW selama 10 tahun. Riwayat lain
menyebutkan bahwa berkhidmat kepada Rasullulah SAW selama 8 tahun, dan ada pula
yang mengatakan 7 tahun.
Rasullulah
SAW sangat besar perhatiannya kepada Anas dan Malik.
Riwayat dari Ja’far al-Faryabi, dari Ibrahim bin Usman, dari Mukhalid bin Hasan, dari Hisyam bin Hasan, dari Hafsah, dari Anas sendiri, menceritakan bahwa ketika ibunda Anas Ummu Sulaim al-Ansyariah menyerahkan anaknya kepada Raulullah SAW, ia mengharapkan agar Rasul berkenan mendoakan anaknya. Rasulullah mengabulkan permintaan itu, seraya memanjatkan doa , “Allahumma aksir malahu wa waladuhu wa adkilhu al-jannat,” artinya, “Ya Allah, limpahkan harta dan anak keturunan yang banyak kepadanya (Anas) dan masukkanlah dalam surga.”Dalam riwayat lain, doa yang dibacakan Rasul adalah, “Allahumma aksir malahu wa waladuhu wa bariklahu fihi” artinya, “Ya Allah limpahkanlah harta dan anak keturunan yang banyak kepadanya (Anas) dan berkatilah ia dengan harta dan anaknya itu.”
Riwayat dari Ja’far al-Faryabi, dari Ibrahim bin Usman, dari Mukhalid bin Hasan, dari Hisyam bin Hasan, dari Hafsah, dari Anas sendiri, menceritakan bahwa ketika ibunda Anas Ummu Sulaim al-Ansyariah menyerahkan anaknya kepada Raulullah SAW, ia mengharapkan agar Rasul berkenan mendoakan anaknya. Rasulullah mengabulkan permintaan itu, seraya memanjatkan doa , “Allahumma aksir malahu wa waladuhu wa adkilhu al-jannat,” artinya, “Ya Allah, limpahkan harta dan anak keturunan yang banyak kepadanya (Anas) dan masukkanlah dalam surga.”Dalam riwayat lain, doa yang dibacakan Rasul adalah, “Allahumma aksir malahu wa waladuhu wa bariklahu fihi” artinya, “Ya Allah limpahkanlah harta dan anak keturunan yang banyak kepadanya (Anas) dan berkatilah ia dengan harta dan anaknya itu.”
Sebagai
seorang pelayan Rasul SAW, Anas bin Malik sering menemani Rasulullah SAW ke
medan perang. Diriwayatkan oleh Imam Bukhari, dari Musa dari Ishaq bin Ustman
yang pernah menanyakan kepada anaknya, Musa bin Anas, katanya, “Berapa kali
Anas mengikuti (peperangan) yang dipimpin Rasul?” Musa bin Anas menjawab bahwa
perang yang diikuti Anas bersama Rasulullah SAW sebanyak delapan kali.
Rasulullah SAW sangat menyayangi Anas bin Malik, beliau bahkan memanggil Anas dengan pangilan kasih sayang, Unais (yang dalam bahasa Arab berarti suatu pengakuan pribadi–Anasku). Terkadang beliau juga memanggil: Anakku.
Rasulullah SAW sangat menyayangi Anas bin Malik, beliau bahkan memanggil Anas dengan pangilan kasih sayang, Unais (yang dalam bahasa Arab berarti suatu pengakuan pribadi–Anasku). Terkadang beliau juga memanggil: Anakku.
Rasulullah
sering memberikat nasihat-nasihat kepadanya. Seperti nasihatnya kepada Anas
berikut ini, “Anakku, bila kau mampu berada di pagi dan petang hari tanpa ada
dengki di hatimu pada siapapun, maka lakukanla! Anakku, yang demikian adalah
termasuk sunnahku. Barangsiapa menghidupkan sunnahku, maka ia telah
mencintaiku. Barangsiapa mencintaiku, maka ia akan berada di surga bersamaku.
Anakku, jika kau masuk ke dalam rumah, ucapkanlah salam karena itu akan membawa
keberkahan bagimu dan juga bagi penghuni rumahmu.” Berkat dekatnya Anas dengan
Rasululah dan doa beliau yang dikabulkan Allah, Anas memperoleh keberuntungan
karena ia diberitakan memiliki dua bidang kebun yang subur yang dapat di panen
dua kali dalam setahun.
Berkat
doa Rasulullah pula, Allah juga memberikan nikmat lain kepada Anas berupa anak
keturunan yang banyak. Ada riwayat yang menyebutkan bahwa Anas mempunyai cucu
sebanyak 115 orang. Riwayat lain menyebutkan bahwa Anas dikaruniai anak
sebanyak 82 orang, terdiri atas 80 orang laki-laki dan 2 orang perempuan.
Namun,
tidak diperoleh data yang pasti tentang ibu para anaknya yang banyak itu,
apakah Anas mempunyai istri yang banyak atau ia sering kali menikah. Namun,
yang sudah pasti, kekayaan dan keturunan yang banyak itu tidak menyebabkan ia
lupa mengabdi kepada Tuhan. Ia tetap memperbanyak ibadahnya, seperti
diungkapkan Abu Hurairah, “Saya tidak meyaksikan seseorang yang salatnya
menyerupai salat Rasululah SAW, kecuali putra Ummu Sulaim (Anas).”
Anas
mempunyai seorang putra yang terkenal dalam kajian hadis dan hukum Islam, yakni
Malik bin Anas, pendiri mazhab Maliki di Madinah. Sama seperti ayahnya, Malik
bin Anas juga berkecimpung di dunia hadis. Salah satu karyanya adalah
al-Muwattha’.
Riwayat
lain menggambarkan bahwa Anas bin Malik ibadahnya baik. Riwayat lain
disampaikan oleh Ja’far dari Sabit yang menceritakan secara singkat tentang
kelebihan dari Anas bin Malik. Pada suatu ketika di musim kemarau, Sabit tengah
bersama Anas, tiba-tiba seorang pembantu Anas menghampiri mereka dan berkata,
“Hai Abu Hamzah (gelar bagi Anas), betapa kering bumi kita.” Anas bin Malik
segera berwudhu, kemudian shalat dua rakaat dan berdoa ke hadirat Allah. Tidak
lama sesudah itu, konon awam hitam timbul di langit, lalu hujan pun turun.
Setelah hujan reda, Anas mengajak para kerabatnya untuk menyaksikan langit yang
sudah terang dan mengamati tanah yang sudah lembab disiram air hujan.
Anas mempunyai
kegemaran memanah, dan ia sering pergi memanah bersama anak-anaknya. Anas
banyak menempatkan bidikannya pada sasaran yang tepat. Kelebihan-kelebihan yang
ada pada Anas ini membuat orang hormat kepadanya. Di bidang pemerintahan, Anas
termasuk orang yang terpandang. Ia pernah mendapat kehormatan untuk mengurusi
administrasi daerah Bahrain. Ketika Abu Bakar diangkat menjadi khalifah, Anas
yang usianya relatif masih muda dipilih menjadi petugas di sana. Berkat kerja
keras dan kecakapannya dalam soal tulis-menulis (administrasi), Anas dapat
mengendalikan daerah Bahrain dengan sebaik-baiknya.
Anas
wafat di kota Basra dan ia merupakan sahabat terakhir yang meninggal di sana.
Ia dimakamkan di At-Taffi, suatu tempat yang dihormati bangsa Arab di Irak yang
terletak di sekitar 15 km dari Basra. Tidak diketahui secara pasti tahun wafat
Anas dan berapa usianya yang sesungguhnya. Sebagian riwayat menyebutkan bahwa
usia Anas adalah 107 tujuh tahun, sementara riwayat lain menyebutkan 95 tahun.
Ada pula riwayat yang menyebutkan 91 tahun, 92, dan 93 tahun.
Saat
terakhir sakit, dia berpesan kepada keluarganya, “Ajarkan aku kalimat La ilaha
illahu, Muhammadun Rasulullah.” Dia terus mengucapkan kalimat tersebut hingga
pada akhirnya dia meninggal dunia.
Saat
wafatnya Anas, Muwarriq berkata, “Telah hilang separuh ilmu. Jika ada orang
suka memperturutkan kesenangannya bila berselisih dengan kami, kami berkata
kepadanya, ‘Marilah menghadap kepada orang yang pernah mendengar dari Rasululah
SAW’”
Anas
sebagai sahabat yang amat mencintai Rasulullah hingga akhir hayatnya adalah
salah satu sahabat yang patut kita teladani kesetiaannya. Anas senantiasa
berkeinginan untuk berjumpa dengan Rasulullah saat di akhirat. Anas sering
berkata, “Aku berharap dapat berjumpa dengan Rasulullah Saw pada Hari Kiamat
sehingga aku dapat berkata kepada beliau, ‘Ya Rasulullah, inilah pembantu
kecilmu, Unais.’”
Anas
Bin Malik dalam Ilmu Hadits
Anas
adalah seorang sahabat yang kepakarannya dalam bidang hadits tidak
dipertanyakan lagi. Dalam kitab Mausu’ah fil Kutub at-Tis’ah, tercatat Anas bin
Malik meriwayatkan 4.964 hadis dengan perulangan yang tersebar di setiap kitab
hadis yang 9:
• Sahih Bukhari (829 hadis).
• Sahih Muslim (485 hadis)
• Sunan at-Tirmidzi (367 hadis).
• Sunan Abi Daud. (255 hadis).
• Sunan an-Nasa’I (367 hadis).
• Sunan Ibni Majah. (280 hadis).
• Musnah Ahmad(2189 hadis).
• Muwattha’ (35 hadis).
• Sunan ad-Darimi (sisanya pada sunan ad-Darimi).
• Sahih Muslim (485 hadis)
• Sunan at-Tirmidzi (367 hadis).
• Sunan Abi Daud. (255 hadis).
• Sunan an-Nasa’I (367 hadis).
• Sunan Ibni Majah. (280 hadis).
• Musnah Ahmad(2189 hadis).
• Muwattha’ (35 hadis).
• Sunan ad-Darimi (sisanya pada sunan ad-Darimi).
Sebagian
dari hadits tersebut beliau dapatkan langsung dari Rasulullah dan sebagian yang
lain diriwayatkan dari sahabat lain. Anas pernah berkata, “Ambillah (Al Qur’an
dan As Sunnah) dariku, karena saya mengambilnya langsung dari Rasulullah, dan
Rasulullah dari Allah. Kamu tidak akan mendapatkan kabar yang lebih kuat,
kecuali dariku”.
Referensi:
http://id.wikipedia.org/wiki/Anas_bin_Malik
Biografi Anas dalam Thabaqaat Ibn sa’ad 7/10 dan Tahdzib 3/319
http://id.wikipedia.org/wiki/Anas_bin_Malik
Biografi Anas dalam Thabaqaat Ibn sa’ad 7/10 dan Tahdzib 3/319
Post a Comment